(Refleksi) Cinta yang Membebani
Kata memahami mungkin mudah untuk diucapkan akan tetapi susah untuk
dilakukan apalagi jika pemahaman tersebut berkaitan dengan orang lain.
Bagaimanapun orang lain, meski dia adalah orang yang sangat dekat dengan
kita, tetaplah seorang individu yang lain yang memiliki sejarah,
karakter, dan pemikiran yang berbeda dengan kita. Keinginan untuk
memahaminya belum tentu mendapatkan respon yang kita inginkan. Jika
respon yang ada tidak sesuai, tentunya menyebabkan timbulnya perasaan
kecewa. Hal tersebut disebabkan oleh karena kita tetaplah seorang
manusia yang mempunyai ego untuk dihargai. Jika kekecawaan tersebut
berlanjut maka bisa jadi keinginan untuk memahami bisa berubah menjadi
sebaliknya, konflik bisa timbul karena ego setiap orang untuk dipahami.
Disinilah ternyata sulitnya penerapan kata memahami dalam kehidupan
sehari hari.
Menyayangi seseorang merupakan usaha untuk
meminimalisir ego, karena menyayangi itu menurut hakikatnya merupakan
perbuatan satu arah, kita bertindak sebagai subjek yang aktif bukan
pasif. Dalam hal ini menyayangi idealnya adalah perbuatan tanpa pamrih
karena tidak mengharapkan balasan atas perbuatan tersebut. Menyayangi
adalah pengorbanan untuk diberikan kepada individu yang kita sayangi,
mengorbankan ego-ego kita karena pada dasarnya kepuasan yang hakiki akan
timbul jika kita melihat individu yang kita sayangi tersebut bahagia
dengan pengorbanan kita. Ketika kita menyayangi seseorang kita bisa
mengorbankan waktu, materi , perhatian bahkan kadang-kadang harga diri
kita demi untuk orang yang kita sayangi.
Tetapi dalam prakteknya menyayangi tanpa pamrih akan sulit dilakukan,
dikarenakan sifat alami manusia yang memiliki ego. Menyayangi
membutuhkan pemahaman. Kenyataan membuktikan menyayangi dan memahami
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ketika kita
menyayangi seseorang maka kita berusaha untuk memahami egonya tetapi
tidak bisa dipungkiri pula jika kita mengharapkan agar orang yang kita
sayangi tersebut juga bisa memahami ego kita untuk disayangi.
Oleh
karena itu kata memahami dan menyayangi tidak bisa berdiri sendiri dan
harus diberikan kata saling sebelum kata menyayangi dan memahami. Tanpa
kata saling, ke dua kata tersebut akan bermakna kosong karena setiap
individu juga mempunyai hak dan secara manusiawi mempunyai kebutuhan
pula untuk disayangi.
Tidak ada kasih sayang tanpa
pengharapan, karena prinsip keseimbangan kehidupan menghendaki ada
pemberian tentu ada penerimaan. Jika sebagian orang menganggap mencintai
dan menyayangi itu menyenangkan dan membahagiakan, ternyata hal
tersebut hanya terjadi di dunia ideal, karena ketika kita
mempraktekkannya ternyata mencintai dan menyayangi itu merupakan
beban. Begitu banyak orang yang depresi karena pasangannya selingkuh,
begitu banyak orang yang stres karena cinta yang tidak terbalas, begitu
banyak orang yang menangis karena pasangan yang dicintainya
meninggalkannya dan masalah-masalah percintaan lainnya. Kadang dunia
nyata memang tidak seindah dunia ideal. Karena ada ego maka
menyayangi, memahami dan mencintai haruslah berubah menjadi saling
menyayangi, saling memahami dan saling mencintai agar maknanya menjadi
lebih realistis.
Comments
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar bebas dengan bahasa yang sopan