Virus dan Amplop

Banyak orang percaya bahwa segala urusan akan lancar dengan amplop. Kenyataannya memang amplop bisa melancarkan segalanya. Tanpa amplop urusan akan menjadi seret dan tidak selesai. Setidaknya itu fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Kultur yang dibangun adalah mengucapkan terimakasih dengan amplop. Banyak orang bahkan tokoh agamapun beranggapan hal tersebut bolah boleh saja karena tidak boleh menolak rejeki dari tuhan.

Namun kenyataanya budaya amplop mengamplop tersebut menjadi kontraproduktif dengan kelancaran pencapaian tujuan pembangunan. Dengan amplop, jalan yang seharusnya awet dilewati delman saja bisa ambrol, dengan amplop bantuan yang seharusnya bisa dipakai orang miskin makan satu bulan cukup seminggu saja, dengan amplop para yang katanya ahli akan terdiam meskipun menyadari telah terjadi kesalahan, dengan amplop kita bisa menyembunyikan kebohongan, de el el. Tentu pernyataan tadi agak hiperbolik namun intinya adalah amplop di satu sisi bisa membuat kantong yang diberi membesar namun mengecilkan kantong yang sebenarnya lebih berhak.

Agak membingungkan memang melihat pejabat yang seharusnya mengayomi, mensejahterakan dan menjaga tatanan menjadi lebih maju malah saling bertukar amplop demi kepentingannnya sendiri.

Yang menjadi masalah besar akhirnya datang di tahun 2020. Virus Corona membuat tatanan yang ada menjadi terguncang. Namun anehnya tatanan amplop tidak ikut terguncang, suap masih terjadi bahkan dikala masyarakat butuh pengayom yang membuat tenang dan bahagia, at least meskipun miskin bahagia itu katanya penting dan jangan dilupakan supaya virus tidak mudah masuk. Namun lagi sangat disayangkan pengayom yang diharapkan justru bermain amplop. Bantuan disunat sana sini, uang mengalir ke kantong-kantong yang berwenang namun tidak berhak. Mungkin seharusnya kita harus mulai berpikir, kalau iya kita memang senang diberi dan memberi amplop, tapi apakah virus senang juga dengan amplop? kenyataanya virus lebih senang dengan paru-paru kita. 

Comments

Popular Posts